Sabtu, 05 November 2011


MIRACLE vs HARD WORK

Satu hal yg hampir pasti dimiliki tiap orang adalah harapan dan impian. Memangnya apa sih bedanya harapan dan impian? Simple saja. Harapan itu dipakai untuk sesuatu yg kira-kira masih bisa diwujudkan, sedang impian untuk something impossible. Misal nih : berharap bisa menikah sebelum usia 30 thn, bermimpi menikah dengan seorang pangeran tampan meski wajah kita lebih pas jadi istri sopir angkot.

Topik tentang harapan sepertinya kurang menarik. Jadi sekarang aku ingin bercerita tentang impian. Impian siapa? Impianku donk. Ini kan blog ku. Latter baru akan kubahas impian Orlando Bloom, calon suamiku. (Catat: menikah dengan Orlando Bloom adalah harapanku, bukan sekedar impian. Dan seperti kubilang tadi, aku malas membahas harapan. Tidak menarik).


Okey, jadi impian paling naïf pertamaku adalah ingin pergi ke Mesir. Hohoho believe me, aku bukan satu-satunya gadis bodoh yg ingin ke Mesir. Pasti ada ribuan gadis yang terpesona pada kisah-kisah piramida dengan firaun berjubah emas. Belum lagi bumbu-bumbu kutukan dan misteri yang menyelubungi piramida. Dengan dewa anjing yg seriously menurutku keren. Tulisan hieroglyph yg aneh tapi membuka cakrawala imajinasi. Singkat kata, Mesir itu romantis. Apalagi ada sungai nil yg panjang yg konon membuat Mesir menjadi salah satu pusat peradaban dunia. Jadi siapa sih yg ga pengen ke Mesir.


Impian ingin pergi ke Mesir kuungkapkan saat masih SMA. Dan untuk menunjukkan bukti cintaku pada Mesir, aku membeli tas yg tulisannya Girl of Mesir (hmmm… siapa sih creator tas itu. Tata bahasanya amburadul). Aku memang tidak sampai melakukan penelitian mendalam tentang Mesir, tapi aku jelas menunjukkan kesukaan setiap mendengar berita tentang sejarah kuno Mesir. Misal tentang Nefertiti yg merupakan ratu tercantik Mesir.

Meski aku sesumbar ingin pergi ke Mesir, apakah aku pernah terpikir suatu hari akan benar-benar ke sana. NO. Apa yang bisa diharapkan oleh anak yg pulang pergi sekolah naik angkot dengan rambut berantakan dan wajah acak-acakan. Anak yg bisanya beli tas Girl of Mesir padahal sebenarnya pengen beli tas Rip Curl. Tapi anak ini tidak akan pernah menduga bahwa 10 tahun kemudian ia benar-benar menginjakkan kaki di Mesir.

Bisa pergi ke Mesir adalah MIRACLE for me. Aku tidak perlu kerja keras atau berusaha apapun untuk mewujudkannya. Hanya sebuah keajaiban yg membuat jari-jemariku menyentuh Piramida Giza. Sebuah keajaiban juga aku bisa berlayar menyusuri Sungai Nil. Latter akan kuceritakan kisah singkatku di Mesir yg membuatku shock. Dan sayangnya, setelah dari Mesir, aku tidak ingin kembali lagi ke sana. But, nanti sajalah kuceritakan kenapa.

Impian naïf keduaku adalah ingin menerbitkan ICYLANDAR. Oh ya, perlu kutekankan, aku bukan ingin menerbitkan novel. Aku ingin menerbitkan ICYLANDAR. Jadi saat Icylandar selesai ditulis, barulah saat itu aku bermimpi ingin menerbitkan novel perdanaku itu. Apakah kali ini MIRACLE kembali datang padaku? NO. Untuk yg ini aku harus kerja keras sampai titik darah penghabisan. Tidak ada lagi kebetulan. Di note-note ku sebelumnya aku sudah pernah menceritakan bagaimana aku berulang kali ditolak oleh penerbit hingga akhirnya harus membuat penerbitan sendiri. So sad. Tapi meski tidak ada MIRACLE, dengan HARD WORK aku kembali bisa mewujudkan impianku. ICYLANDAR sudah terbit.

Lalu apakah semua mimpiku sudah terkabul? Jelas belum. Manusia kan tidak pernah puas. Aku mulai membangun impian baru. Saat ini sudah ada 2 mimpi lagi yg antri. Yang pertama adalah ICYLANDAR di filmkan oleh Hollywood. Tiap nonton film di bioskop yg ada tulisannya based on a novel by…. Aku pasti langsung ngomong, lihat saja ya nanti akan ada based on a novel by Dionvy. Lihat saja. Sungguh aku berharap mimpiku yg ini terkabul bagai sebuah MIRACLE tanpa harus HARD WORK.


Impian berikutnya adalah aku pengen sekali mempunyai perusahaan yg berkantor di Sudirman. Konyol sekali ya. Tapi aku benar-benar ingin. Sering aku membayangkan betapa menyenangkannya bisa punya perusahaan besar. Kenapa harus di Sudirman? Entahlah. Di mataku perkantoran Sudirman sangat keren. Waktu pertama kali diajak ke daerah Sudirman, aku langsung terkagum-kagum melihat gedung-gedung tinggi dengan jalanan yg tertata rapi. Belum lagi eksmud-eksmud muda berpakaian keren bersliweran sambil memegang Hape keluaran terbaru. Sayangnya nasib tidak memungkinkanku kerja di Sudirman. Tapi meski aku tidak mungkin kerja di Sudirman, aku akan tetap membangun perusahaan di sana. Dan aku tidak mau hanya sekedar jadi pekerjanya, aku ingin jadi pemilik perusahaan.


Karena saat ini belum bisa bikin perusahaan di Sudirman, aku sudah cukup puas punya usaha penerbitan kecil yg hanya menerbitkan satu buku, eh sekarang sudah dua buku sih. Meski kecil tetap saja perusahaan kan hehehe. Dan juga sudah cukup puas punya pacar yg kerja di Sudirman. Jadi kadang siang-siang bisa main ke sana sebentar sambil menatap gedung-gedung Sudirman dengan penuh harap.


Apakah kedua mimpiku ini bisa terkabul? Kita lihat saja dalam dua puluh tahun ke depan ;)